Tapi aku tahan dulu. Kuangkat kedua kakinya di belakang lututnya dengan kedua tangan, sehingga seperti digendong. XXNX Roknya pun makin tersibak ke atas terdorong tanganku. Tidak percuma aku hobby olah raga. Tingginya juga tidak sampai 160 cm. Tapi batang penisku masih menancap di lubang vaginanya. Yah tangannya keremas oleh tanganku yang kekar dan keras.Aduh…, halus juga tangan Ibu Vivi. Kira-kira 2 centimeter di bawah pusar. Kali ini yang bekerja lidahku. Secara cinta kasih dengan tidak sabar aku ikuti Ibu Vivi ke ruang tamu, dan dari belakang aku peluk dia.Lalu aku minta dia menunduk dengan kaki mengangkang. Dan, “cret…, cret…, cret”, air maniku muncrat di dalam lubang vaginanya.Dan Ibu Vivi pun merintih lalu mencengkeram tangan-tangan kursi dengan erat serta badannya bergetar dan menegang. Kalau dilaporkan bisa-bisa aku dipecat.
