Silvy melepaskan kepalaku tiba-tiba lalu berbalik dan menyuruhku kembali berlutut. “Lebih cepat.. Bokepindo Sylvi tetap tak membuka ikatan tanganku, bahkan memindahkannya ke belakang kursi, sehingga posisiku mirip orang tahanan yang sedang diinterogasi. Kaget juga aku mendengar permintaannya, dan baru kuingat cerita dia yang suka mendominasi pacarnya tadi. Aku kemudian menghampirinya dan berdiri di belakangnya. Campuran antara parfum dan keringatnya ini membuatku tak langsung menjilatinya, namun kugunakan hidung dan bibirku terlebih dahulu untuk menghirup sepuas-puasnya keharuman tubuhnya. Tangannya makin keras menjambak rambutku ikut mengatur gerakan-gerakan kepalaku di selangkangannya, sampai akhirnya dengan sekuat tenaga ditekannya dalam-dalam wajahku dibarengi dengan hentakan-hentakan pinggulnya yang hebat. “Kamu harus berterima kasih sama ini sepatu yang membuatmu keenakan,” tambahnya lagi sambil melepas sepatu berhak tingginya dan menyodorkannya ke mukaku. Mataku yang kini tepat di depan buah dadanya harus memandang gerakan
