Matanya masih terpejam rapat tapi bibirnya menyunggingkan senyum. Matanya seakan ingin bersorak mengiyakan pertanyaanku. XXNX Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fals plus berisik, Maya datang menghampiriku.“Lagi nggak ngapel nih, Mas Andra?” sapanya ramah (perlu diketahui kalau Maya memang orangnya ramah banget)
“Ngapel sama siapa, May?” jawabku sambil terus memainkan Sialannya Cokelat. Kemudian bibirku menyentuh bibirnya yang seksi itu, lembut banget. Aku termasuk cowok yang populer di kampus (sekeren namaku). Segera aku keluarkan penisku dari sangkarnya. Aku cumbui leher wangi itu. Vaginanya ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Karena geli selakangnya membuka lebar. Aku menggeliat-geliat menahan amukan asmara yang Maya ciptakan.Kaos pink Maya terjatuh di ranjang.
