“Oohh.. XNXX Tiba-tiba saja aku membayang kalau kemaluanku merobek-robek pantatnya yang menggiurkan itu. Sementara tetes air matanya masih terus membasahi pipinya. Komputernya terhalang tiga meja komputer di sebelahku. Mau ikutan liat-liat?” tiba-tiba keberanianku muncul. Tapi dia tidak menjawab. Aku melanjutkan buka-buka situs tadi, anganku semakin menerawang, kemaluanku agak menegang. Udah malem.. Sementara tetes air matanya masih terus membasahi pipinya. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Terlalu sempit lubangnya. “Tapi tidak usah khawatir aku tidak bakalan cerita kejadian ini, aku takut ini akan melukai hatinya. Dia terkejut. Mungkin kesakitan, aku tidak tahu. Uhh” aku terkejut karena kemaluanku yang sedang menegang itu rasanya mau patah diduduki pantatnya. Sambil melepas lelah iseng-iseng aku buka internet dan masuk ke situs-situs porno. Kami bahkan menjadi kawan akrab. Dia tidak menjawab.
