Segera saja ku sambangi warkop tersebut. Aku yang mengetahui hal tersebut, sengaja mengulur waktu untuk memakai celana.“Kenapa? XXNX Masuk angin deh nih…” Gerutuku dalam hati. Crot crot crot.Mulut Sinta dipenuhi sperma ku yang kental dan banyak itu, tanpa menunggu lama, ia langsung menelannya habis, lalu membersihkan penisku dengan lidahnya.Kami pun menyelesaikan acara mandi kami, lalu berpakaian dengan rapih. Aku ingin membiarkannya menikmati sisa-sisa kenikmatan sambil mengumpulkan tenaga.“Huh huh, aku suka banget gaya permainan kamu masss…” Ujar Sinta, matanya masih terpejam, mulutnya masih terbuka untuk mencari nafas yang tersengal.Aku hanya diam tersenyum. Rumahnya besar sekali, pagar hijaunya yang tinggi menghalangi pandangan untuk melihat ke dalam rumahnya. Itung-itung belajar mandiri aja hehehe…”“Iya bener, tapi tetep aja kalo cewek sendirian kan lebih beresiko.
