Desiran zat cair kental terasa memancar enam kali di dalam liang kemaluannya. Untung saja kamar tidur itu terletak di lantai dua yang lumayan jauh untuk mendengar teriakan-teriakan kami berdua.Puas meremas toketnya, kedua tanganku menarik kepalanya kearah wajahku, hingga disitu mulut kami beradu. XXNX oohh rasanya nikmat sekali, yaahh.. Dan tanpa terasa jemari kedua tanganku sudah berada di atas pantatnya yang bulat. Sesekali aku juga berjuang mengimbangi gerakan turun naiknya diatas pinggangku dengan teknik mengusung-angkat. “Wah lumayan pun yach, kemudian apakah jasa anda ini tergolong semuanya,” lanjutnya. Kunikmati semua keindahan bidadari di depanku ini, mulai dari wajahnya yang cantik menawan. Kedua tanganku yang mendekap pinggangnya erat, terasa tidak banyak gemetar memendam sejuta rasa. Tetapi tetap mengawal ketahananku dengan menghunjamkan kemaluanku pada masing-masing hitungan kelima. Aku menikmati jepitan kemaluannya disekeliling burungku mengeras dan terasa memegang
