Untuk yang ini, aku tidak bisa menjawab. XXNX Bukan dia saja yang menginginkan seorang bayi.“Aku juga menginginkannya, Ma.” teriakku pelan pada bantal yang sudah separuh basah.Dengan mata sembab, kuangkat telepon yang berdering kencang di ruang tengah. Kami pun segera terlibat dalam ciuman panas yang ganas dan basah. “Sudah, tenang saja. “Tapi, Sit…” belum sempat aku melanjutkan kata-kata, bang Irul sudah keburu memeluk tubuhku dan mencium bibirku. “Aaaahhh…!!” baik aku maupun laki-laki itu berteriak berbarengan penuh kenikmatan begitu benda panjang yang kaku dan berotot itu menerjang vaginaku.Aku yang sudah diamuk birahi, bagaikan mendapat siraman air di tengah padang pasir mendapati kontol bang Irul yang terasa menggesek penuh dan mantab.




















