Nafsuku tambah naik: “wis, wis” kataku menenangkan: “ora susah bingung. Kini dia terbaring mengangkang, kemaluannya terbuka lebar seakan siap menerima segala kenikmatan duniawi. Bokepindo Bapak ini lagi belajar ilmu kebatinan, jadi bapak mengerti cara-cara untuk membahagiakan orang. kataku tersengal-sengal. Akhirnya kecupan dan jilatan lidahku berhenti di kelentitnya. dicium terus dijilatin”.Aku mengangguk pura pura maklum, dan menghela napas seperti sedih dan terpaksa: “ya sudah Nduk, karena begitu ya supaya pengaruh setannya hilang, Mbah juga terpaksa harus melakukan yang sama. Kuremas-remas susunya semakin kencang. Kubentangkan paha kiri dan kanannya sehingga dia duduk mengangkang di mejaku. Aku tidak melihat wajahnya karena dia sedang memperhatikan TV yang memang kusediakan di situ.“Masuk, nduk” kataku dengan suara berwibawa. Aku sekarang memeluknya (aduh, badannya betul betul bahenol.
