Agak susah karena rapet banget, aku menyodoknya keluar masuk dengan sisa tenagaku sambil terus mengecrot, akhirnya penisku berhenti ngecrot dan menyusut dan aku mengeluarkan penisku dari vaginanya. Kubawa ia melewati jalan belakang agar tak ada yang tahu, lalu melewati dapur dan lift karyawan. Bokepindo di sini panas & bau loh!” sapaku, dia menoleh ke arahku, dia tersenyum kecut namun langsung lari. Akhirnya kami melewati pintu keluar ruang sampah ini, kali ini aku bernafas legaaa banget, aku mengambil nafas panjang sambil berlari mengejar. Kulihat darah menetes, penisku terasa panas sekali, benar-benar ketat dan panas. Bibirnya tersenyum kecil, wajahnya kusut seperti bajunya, dan roknya terangkat, sampai 1/5 celana dalamnya yang bewarna kuning terlihat jelas. “Sudah, sudah gak papa, sekarang kamu boleh nangis sepuasnya, kumpinjamin bahuku deeh….” ujarku sambil membelai-belai kepalanya. “Rin, aku mau ngecrot nih!”




















