Aq pertegas bahwa aq mengendus kuat-kuat aroma itu. Bokepindo kataku.“Iya itu”Ya ampun, aq membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas tempat tidur yg putih. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekedar untuk dapat tempat duduk.“Makasih” ujarnya ringan.Aq sebetulnya ingin ada sesuatu yg bisa diomongkan lagi, sehingga tdk perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yg terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.“Saya juga tdk suka angin kencang-kencang. Tetapi eh.., diam-diam ia mencuri pandang ke arah penisku. Tapi belum tersentuh kepala penisku. Kalau saja, tdk keburu wanita yg menjaga telepon datang, ia sudah melumat Si Penis. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Aq kira aq sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya.




















