Dan seperti biasa, sementara aroma angin menjelang hujan menerpa leher, setiap kali hendak hujan aku selalu teringat masa paling mengasyikkan dalam hidupku. Ah, aku merasa Mbak Marissa seperti sengaja ingin membuatku cemburu.Suatu sore, aku tengah membantu ibuku mengangkat jemuran di bagian belakang rumah ketika pintu di tembok belakang rumah diketuk-ketuk. XXNX Meluncur saja kalimat itu dari mulutku.“Kalau saya kepingin, bagaimana?” tanyaku.Kutatap matanya penuh-penuh. Dan tak perlu menunggu sore, ia kembali siangnya, sekitar pukul 10 dan menyerangku lagi di minggu pagi itu. Aku berseru senang dalam hati manakala kutahu ia adalah tetangga baruku.Satu-dua hari pertama tak terlihat perempuan itu di luar rumah. Tiba-tiba saja Mbak Marissa menarik kepalaku dan membenamkan dadanya ke wajahku.Dibantunya mulutku menemukan puting merah muda itu. Ia juga kadang menatapku sekilas, dan melempar senyum kecil, yang menurutku teramat hangat itu.




















