ke atas.. “Wan!” keluhnya lirih, “Mbak saya sangat mengagumi Mbak,” bisikku lembut di telinganya, sambil kuletakkan tanganku melingkari lehernya.Kembali kukecup lembut bibirnya, kali ini dia membalas dengan hangat, beberapa saat adegan cium itu berlangsung, tanganku mulai “bergerilya”, kuusap punggungnya, terus turun ke bawah, ke bagian pantatnya, kurasakan bongkahannya masih sangat padat, kuremas-remas dengan lembut.Kali ini ia yang melingkarkan tangannya ke pinggangku, semakin erat, kurasakan gunung kembarnya menggencet dadaku kenyal dan lembut kurasakan.Kami semakin bernafsu, batang kemaluan yang sudah dari tadi tegang tambah kurasakan berdenyut-denyut. Bokepindo ke bawah. Aku memaki-maki tidak karuan.Tiba-tiba Pajero itu berhenti beberapa puluh meter dari tempat aku berdiri dan langsung mundur menuju ke arahku.“Cari penyakit,” gerutuku.Aku sudah bersiap-siap mau mendampratnya jika orangnya keluar, paling tidak kumaki-maki dulu.Urusan maaf-memaafkan belakangan.




















