Setelah itu, kami terkapar berdua.Ketika aku bangun hari sudah siang. XNXX rasanya itu membuatku tak sabar untuk melumatnya. Nafasnya terengah-engah ketika celana dalamnya kutarik ke bawah. Pinggang Silvia seperti terhentak. Suaranya melenguh-lenguh. Silvia juga terdiam. Dalam keadaan sudah terangsang, kutarik tubuh Silvia ke posisi menungging. Aku mengerti. Dia membalasnya dengan hangat, penuh kasih sayang.Kurebahkan dia dengan perlahan, kutatap matanya erat-erat, kusingkirkan bajunya yang menutupi buah dadanya, yang sungguh merangsang diriku. Matanya terpejam. Awalnya saya membelai rambut Silvia dan mencium bibirnya. Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Semula aku hampir putus asa dan curiga, jangan-jangan aku hanya dikerjai. Tangannya meremas sprei hingga kusut. Kemaluan Silvia semakin keras menjepit penisku. Digenggamnya penisku erat-erat lalu diusap-usapnya.Memang Silvia tahu apa yang harus dilakukan. Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu.
