Seakan sengaja memainkan Si Junior. XXNX Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..!” dia mendesah keras.Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.“Yang.., cepat-cepat berkemas. Ke bawah lagi: Turun. Membuatku tidak berani. Lalu pindah ke pangkal paha. “Oh ya. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke ‘alam’ lain.Dulu aku paling anti masuk salon. “Ya itu.”Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas ranjang yang putih. Aku duduk di tepi dipan. Ia menekan-nekan agak kuat. Aku duduk di tepi dipan. Masih ada esok. Ia tersenyum. Aku menurut saja. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Apakah perlu menhitung kancing. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Tangannya halus. Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke ‘alam’ lain.Dulu




















