Pandanganku menyapu wajahnya yang karena berkeringat dan merona merah terlihat benar-benar spektakuler, dengan ujung hidungnya yang runcing dan lesung pipitnya yang molek. XXNX mm.. Sebut saja namaku Lisa, sudah setahun lebih ini aku pindah sekolah ke luar negeri, tepatnya di New York Amerika Serikat. “Idih, kau berasa seperti vagina”, katanya. Puting payudaranya yang merah segar berbeda dengan milikku yang berwarna coklat, dan saat kusedot kedua pentilnya, warna mereka berubah menjadi gelap dan mengeras. Sementara kulumat dengan ganasnya, kumasukkan jari tengahku ke dalam vaginaku sendiri. “Memangnya ada apa?” seraya menyibakkan rambutnya ke samping, mengecupi pipi, hidung, dan kelopak matanya yang terpejam. Perlahan kugerakkan tanganku lebih jauh ke bagian bawah dari perut Felicia yang betul-betul rata dengan sedikit lengkungan feminin dan menyelipkannya ke balik celana dalam Felicia.
