Aku menyalakan sebuah kipas angin dari sebuah remote. Bokepindo Saat itu yang kurasakan hanyalah ketegangan akan situasi di sekelilingku, bercampur rasa yang sulit dilukiskan oleh kata-kata.Kiranya mulut tak bergigi itu telah begitu hebat merangsang organ tubuhku sehingga menjadi bertambah besar dan panjang. Ia lalu duduk di dekatku dan menyapaku. “Nggak masalah kok, Lin.. Aku menarik napas panjang. lalu kuajak saja dia bermain-main dengan mulutku, Roy..!”
Aku masih tak menyahut. Mimpi yang konyol”, pikirku. Saat itu jam dinding kamar baru menunjukan pukul enam lebih sedikit. kamu sudah bangun?” kudengar suara Linda di ujung sana. “Sorry ya, Roy..!” katanya merajuk. Hari masih pagi. Aku merasakan suatu keganjilan. “Tapi kamu suka kan, Roy..?” Kata-katanya terdengar jelas setengah merayu. Aku segera bangkit mengangkat telepon yang terletak di atas sebuah meja rias di sudut ruangan.
