”Kalau masih belum hamil juga, aku mau kok mengulanginya lagi.” sahut Bang Irul. Merampok atau membunuh untuk biaya kawin?”Mas Danu tertawa dan mencubit pipiku.“Tidak, Sayang. XXNX “Nah lho!” Sita menjerit kecil, tapi buru-buru meralat begitu melihat kegelisahanku. “Dan cukup cantik.” aku manambahkan. Tubuhku gemetar, sementara kepalaku mendongak ke atas dengan mata terpejam.Bang Irul yang rupanya juga tak tahan, segera mencabut batang penisnya dan menyuruhku untuk berbaring di ranjang. “Ooo, dasar bocah gila!” kulempar bantal yang dari tadi kupeluk ke mukanya. Bikin gondok aja. Tapi memang benar apa yang dikatakan sahabatku itu. Bikin gondok aja. Aku mendengus kesal. “Hati-hati, Ma.” kucium pipinya kutunggu sampai mobilnya hilang di ujung gang.Di dalam kamar, aku menangis sesenggukan.




















