“Ah…, panggil Vivi aja, entar aku lemas banget”, jawabnya.Batang penisku juga sudah terasa kesemutan, mau menumpahkan muatannya. Bokepindo Matanya sebentar-sebentar terpejam, sebentar kemudian terbuka lebar.Sisa air yang dia keluarkan tadi menimbulkan irama yang teratur seirama dengan goyangan pantatku. Dia menggelinjang kegelian. Betul juga…, tidak beberapa lama terdengar desis seperti gelombang FM stereo. aku buru-buru menarik tanganku, tidak enak takut dikatakan kurang ajar. Maklum lah sudah hampir 30 th umurnya.Tangan Ibu Vivi (Oh ya aku tetap panggil dia Ibu karena dia customerku) yang satu lagi sudah pindah aktivitasnya ke selangkanganku. Seperti mencari gelombang radio. Kalau berdiri dia tidak lebih tinggi dari pundakku. Kuusap pangkal pahanya dan matanya mulai nanar.Ibu Vivi sebenarnya biasa saja, tidak terlalu istimewa.




















