Setelah itu tubuhnya ku balik sehingga tidak tengkurap lagi. Bokepindo Seketika itu aku lari mencari taksi tersebut. Tapi waktu tak memungkinkan. Wajahnya tampak gembira sekali ketika menatap wajahku. Aku tak peduli bau khas dari liang kemaluan Tante Dina memenuhi relung hidungku. Mula-mula sebatas ruas jari yang pertama. Sedang tanganku ganti mengokrek liang vaginamu. dadaku berdetak. Tante Dina mendesah. Karena itu, begitu tiba di hotel aku bergegas chek-in dan membongkar rahasia perasaanku di kamar nomor 102. Kiriman email pertamaku seperti ini isinya: Tante Dinaku, sayang.. Sebagian mengenai wajamu. Apa kau tak mau promosi jabatan?” tukas manajer personaliaku. (Oh.. Kemudian, tanganku terus membuka kancing bajuku satu-persatu. Di kamar hotel 102, di antara lampu remang-remang, Tante Dina hanya termangu memandangiku.
