Dan kupurukkan seluruh batangku sampai ujung kepada penisku menyentuh sesuatu di dasar rahim Tante. Dia takut sekali karena sewaktu masih hidup tetangga itu mengatakan kepada banyak orang bahwa sampai di kuburpun dia tidak akan pernah berbaikan dengan Tante Ratih.Lanjutannya ketika aku pulang dari latihan sepakbola, ibu memanggilku. Bokepindo “Duh, kamu kuat sekali Dit”, pujinya melekapkan wajah di dadaku. Karena itu Tante Ratih mematikan televisi dan mengajak aku berbincang menanyakan sekolahku, kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur. Kotaku itu adalah kota yang masih kolot, apalagi di lingkungan tempat aku tinggal. Karena tampangku yang mirip keling, teman-temanku memanggil aku Pele, karena aku suka main sepakbola.Tapi sekalipun aku jelek dan hitam, otakku cukup encer. Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante Ratih berkelojotan sementara mulutnya
