Hujan turun dengan lebatnya sesampainya aku kembali di rumah. Bokepindo Wajahnya takut2 melihatku ketika pintu kamar itu tertutup rapat. Ayo ini saya tadi beli dua bungkus nasi uduknya, satu utk mbak..” ujarku sambil tersenyum ramah. Aku segera menepis pikiran kurang baik itu. Aku kembali mengulanginya, hari ini aku mendorongnya lebih keras. “Iya den, ngomong aja..”Jawabnya. Aku luar biasa tangan itu supaya tubuhnya mendekat. Aku kembali ke ruang tamu dengan sejumlah uang ditangan. “Uangnya kelak pelan2 mbak angsur yaa den..maaf..”Lanjutnya. Aku kembali terdiam, kepalaku tetap terasa pusing. Ruangan menjadi sunyi. jgn keluarin di dalem den..tolongg…” Serunya memohon dengan suara gemetar. Kami terus berpagutan, pantatku meliuk2 menghantam. Kemaluan mbak Juminten yg basah makin menghangatkan batang penisku di dalam. Tubuhku terus kuat menekannya kedepan, mbak Juminten gemulai memutar pantatnya kesana kemari, makin liar serta binal serta
