Seperti mendapat kekuatanku kembali, segera kutampar wajahnya. XXNX Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berulang-ulang. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Ayah tiriku atau Rio. Maafin Rio ya. Beberapa bulan telah berlalu. Kuakui, wajahku terbilang cantik, mata indah, hidung bangir, serta dada yang membusung walau tidak terlalu besar ukurannya. Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Beberapa bulan telah berlalu. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.“Sudahlah, Mer. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas.




















