Sial benar. XNXX Aku pun juga. “Sebelum aku menjadi milik bule. Si pemburu gadis-gadis perawan. Kalau kamu?” Chie menghela nafasnya. “Ray…”
“Hmm…”
“Kamu pikir akan ada yang mau menikahiku kelak?”
Ah, Chie. “Ray tahu.”
Chie menangis dalam pelukanku, membuatku sejenak mengingat ayahku sendiri yang selalu berkutat dalam pertempurannya dengan idealisme yang kumiliki. “Aku merindukan saat-saat ini.”
Kulihat Jay tersenyum dan memejamkan matanya. Air mata mulai membasahi dadaku yang terbuka. Ironis. “Cukup segitu?” tanya Jayu lagi. Aku benar-benar ada masalah dengan Papa, jadi aku nggak bisa keluar.” Ah, hanya segitu saja? Ah, Chie. ah…?”
Chie merasakan kebingunganku. Jay menatap kerlipan lampu kota di bawah kaki kami. “Ray tahu.”
Chie menangis dalam pelukanku, membuatku sejenak mengingat ayahku sendiri yang selalu berkutat dalam pertempurannya dengan idealisme yang kumiliki. Seandainya aku…Surabaya, awal Juni 1999Persiapan ujian benar-benar membuat kami sibuk.
>