Bedanya kami tidak berada di ranjang yang empuk, tapi sedang bersandar di kebun belakang Ruang Guru tempat kami bekerja. XXNX Aku pun kaget dibuatnya, menurut guruku, ajian pemikat yang kupakai ini akan hilang khasiatnya bila azan berkumandang. Dapat kurasakan basahnya air wudhu masih mengaliri lengannya yang halus dan putih. Aku yang sudah setengah jalan membaca wiridku pun tak tinggal diam. Dengan gerakan reflek, Aisya langsung menggenggam kontolku dengan tangannya, hingga membuatku serasa melayang. Aku remas pantatnya dari balik roknya hingga Aisya sedikit mengerang, suaranya terdengar begitu binal, berbeda sekali dengan kesehariannya yang biasa bersuara lembut, merdu dan anggun. Cara duduk Aisya juga begitu anggun. Beberapa menit kami bertahan dengan posisi itu, hingga Aisya pun menggerakkan tangannya untuk memeluk pinggulku. Remas saja …” Jawab Aisya di sela-sela kehausan birahinya.




















