“Kenapa Mbak mau dimadu?”, tanyaku tambah penasaran. XNXX gitu ya, jangan harap aku mau membatumu lagi ya”, katanya dengan nada bergurau. “Rugi!”, jawabku singkat dengan bergurau tanpa kupikir akibatnya. Kemudian tempurung lutut kananku dengan sengaja kugesekkan pada selakangannya. “Sudah Tok, ayo kembali ke kamar!”, ajaknya.Sesampai di kamar aku duduk termenung oleh pikiran pekerjaan diatas ranjang Iswani yang lebih dekat dengan pintu kamar dibanding ranjangku. Setiap baris rencana yang kucatat kubayangkan pula langkah-langkah kerja yang akan kulakukan.Setiap hal penting yang muncul dari bayanganku kutulis dalam jurnal. Beberapa saat kemudian tubuh Iswani bergetar seiring dengan klimkaksnya. “Mmm.. Usahaku yang kuat untuk kembali tidur tak membuahkan hasil. “Terus yang mengantar Mbak ke bus di Balikpapan, suami yang ke berapa?”, tanyaku halus.




















