Kami berdiri di lantai. Bokepindo janganh…” balasnya malu-malu, berusaha menggeser kepalaku dari selangkangannya. Bibir kemaluannya kupegang, kemudian lidahku kujulurkan memasuki lubang yang nikmat itu. Ditindihnya aku, dia sendiri yang menghunjamkan kemaluanku ke liang kewanitaannya.“Rasakan nihhh… bajingan… shhhh”, teriaknya sambil menari-nari di atasku. Entahlah, saat itu aku merasa bukan diriku lagi. paham..?” bentakku dengan nada suara lebih meninggi. Sesekali dia juga ikut mengusap batang kemaluanku dengan air ludah yang dikeluarkannya lagi di telapak tangannya. Kemaluanku sudah terkulai. kaaamu…”Kusodok terus, sampai akhirnya semua batang kemaluanku terbenam di liang kewanitaannya. kamuu… assiikkh.. Tapi goyangannya tidak surut. Entah apa artinya. “Aduhhh… duh… enaknyaa… ton.. Kulihat titik-titik darah mulai mendesak lubang sempit yang tercipta antara batang kemaluan dan liang kewanitaannya. Tapi, satu hal yang aku minta darimu… jangan membenciku untuk apa yang kuperbuat.
