Semuanya tak digubrisnya. Secepatnya ia meraih semua pakaian dan mengenakannya kembali. XNXX “Kenapa…?” pertanyaan itu terus menembaki kepalanya sampai pusing. Windu memejamkan mata berusaha mengusir wajah kedua orang itu. Windu hanya tersenyum kaku sambil terus naik ke atas tangga, berbelok ke kiri menuju deretan kamar berpintu. Ia mulai menurunkan pinggulnya ke bawah mencari batang kemaluan Windu dan siap menelannya. Tanpa menunggu jawaban Windu, tangan yang masih belepotan lotion itu mulai mengurut batang kemaluan Windu yang terjepit himpitan tubuhnya. enak kok…! “Kalau begitu, bapak masuk dulu, rileks saja, nanti saya suruh si.. eh, Wawan..!” jawab Windu. Tidak didengarnya ketukan di pintu yang berulang-ulang memanggil namanya dengan nada penuh kekhawatiran.
