Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. XXNX Kubatalkan niatku untuk mandi. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Antara sadar dan tidak sadar, kulihat temanku itu tersenyum. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku? Kuakui, wajahku terbilang cantik, mata indah, hidung bangir, serta dada yang membusung walau tidak terlalu besar ukurannya. Ouuhhh…” jeritku ketika jari-jemari temanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Semua itu ditambah dengan tubuhku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memang membuatku lebih menonjol dibandingkan yang lain. Matanya terbelalak melihatnya. Dari segi materi, memang aku tidak memiliki masalah, begitu pula dari segi fisikku. “Ouuhhh… Don!” desahku.Temanku meraih tubuhku yang ramping. Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu.Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor.
