Aah,. Aah,. XXNX Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.“Jangan diam saja. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat serta menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.“Kamu memujaku, Bay?”“Ya, aku memuja betismu, pahamu, serta di atas segalanya, yang ini..Mmuacch..” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra. Apakah dugaanku benar?”Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang berdebar-debar.“Bayu, apakah dugaanku benar?”“Iya, Mbak. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Kuhisap seluruh kemaluannya. Akhirnya aku menghampirinya, dan berlutut di depannya sambil menengadahkan wajahku. Mbak Lia masih tersenyum. Sebagai gantinya, kedua tangan Bu Lia menjambak rambutku. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat rambut-rambut ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya.
